Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat
Oleh : Drs. I Ketut Wiana, MAg.
Indriyarthesu vairagyam
anahamkaa evaca
Janmamrtyu jaravyadhi
Duhkhadosanudaersanam
(Bhagavadgita. XIII.8)
Maksudnya:
Untuk melepaskan diri dan perbudakan duniawi dengan melepaskan ahamkara
atau egoisme dengan cara merenungkan akan adanya kelahiran (janma),
kematian (mrtyu), ketuaan (jara), sakit (vyadhi), dosa dan duka.
MENINGKATKAN
status kesehatan masyarakat tidak bisa hanya dengan melayani masyarakat
kerobat dengan gratis saja. Pengobatan gratis tidak cukup untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dana bantuan kesehatan
tersebut hendaknya juga digunakan untuk mengajak masyarakat membangun
sikap hidup yang sehat dalam artian yang luas dan dalam.
Demikian
juga kelembagaan yang menangani kesehatan harus disiapkan sistem, dana,
sarana dan SDM yang memadai sehingga mampu melayani masyarakat dalam
meningkatkan status kesehatannya. Artinya, melayani masyarakat dalam
mencegah munculnya gangguan kesehatan dan mampu melayani masyarakat
mengobati penyakitnya. Langkah itu dapat membangun status kesehatan
masyarakat yang semakin paripurna. Tentunya semuanya itu dilandasi
adanya sikap hidup sehat dan semua lapisan masyarakat.
Untuk
hidup sehat dalam artian luas dan dalam menurut Bhagavadgita XIII.8,
hendaknya senantiasa merenungkan enam hal (sad andarsanam) yaitu
kelahiran itu pasti berakhir dengan kematian. Tujuan kelahiran adalah
untuk berbuat dharma agar dapat. hidup bahagia di alam sekala dan
niskala. Kematian itu Tuhan yang menakdirkan. Kapan kematian itu datang
hanya Tuhan yang maha tahu. Karena itu, janganlah menunda-nunda berbuat
dharma dalam hidup ini.
Jara artinya umur tua. Renungkanlah
sejak muda agar saat kita tua tidak terlalu merepotkan diri dan orang
lain. Umur tua itu sudah pasti datang, siapkanlah menghadapi umur tua
dan sejak muda. Vyadhi artinya sakit atau gangguan kesehatan fisik dan
mental. Pada kenyataannya, dalam hidup ini orang pasti pernah saja
menderita sakit meskipun upaya mencegah datangnya sudah maksimal.
Siapkan
diri untuk menghadapi risiko sakit itu sejak awal. Begitu sakit itu
datang, kita tidak terlalu kelabakan. Merenungkan dosa dan duhkha atau
duka itu wajib jugĂ dilakukan untuk semaksimal mungkin mencegah
perbuatan dosa dan munculnya duhkha. Kalaupun dosa dan duka itu muncul,
tidaklah terlalu serius karena telah diwaspadai dengan perenungan itu.
Hidup terdiri dan jiwa dan raga atau purusa dan pradana. Dan pertemuan
inilah manusia pasti pernah berbuat dosa maupun dirundung duka.
Anudarsanam atau perenungan hidup itu penlu dilakukan untuk mencegah
akibat dosa dan duhkha tidak terlalu parah menimpa diri kita dalam hidup
ini.
Perhatian pemerintah pusat dan daerah dalam upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat adalah sesuatu yang patut
disambut dengan baik namun tetap kritis. Dukungan yang bersifat kritis
itu semata-mata untuk mensukseskan program tersebut dengan maksimal.
Bhagavadgita XIII.8 juga sangat menekankan perhatian pada hidup sehat
lahir batin, dalam arti hidup yang wajar dan tidak diperbudak oleh
dinamika duniawi. Justru dinamika duniawi itu yang seyogianya dikuasai
agar dapat hidup wajar menurut ukuran umum.
Anggaran kesehatan
tersebut tidak memanjakan masyarakat, tetapi digunakan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan tingginya nilai kesehatan dalam
hidup ini.
Tiga Penyebab
Dalam sastra Hindu
seperti Wrehaspati Tattwa dikatakan ada tiga penyebab sakit yang
menimbulkan duhkha yaitu adibautika vyadhi, adyatmika vyadhi dan adi
dewika vyadhi. Wrehasspati Tattwa menyatakan, orang dapat disebut sukses
secara niskala yang disebut adyatmika siddhi kalau dapat mengatasi tiga
sumber duhkha tersebut. Dana pemerintah seyogianya diarahkan untuk
membantu masyarakat dalam mengatasi tiga sumber penyakit yang membawa
duhkha.
Adibautika vyadhi adalah penyakit yang disebabkan oleh
serangan dari luar diri dalam bentuk fisik seperti diserang oleh cuaca
buruk, atau lingkungan penuh polusi atau ada kuman penyakit. Serangan
non-fisik misalnya dihina, dikecewakan. Ada sesuatu membuat marah bahkan
sampai dendam.
Adyatmika vyadhi yaitu munculnya penyakit
karena dan dalam diri seperti adanya susunan fisik yang tidak normatif.
Misalnya adanya kelebihan gula dalam darah, kelebihan lemak, kurang
darah atau AB darah berkurang. Ada juga leukemia yaitu sel darah putih
benubah bentuk menjadi sel ganas atau kanken darah yaitu sel darah menah
berubah bentuk menjadi sel ganas. Sel yang ganas itu menyebabkan sel
yang normal terdesak.
Adidewika vyadhi adalah penyakit yang
muncul disebabkan oleh karma- karma pada penjelmaan masa lalu. Hal
inilah memhutuhkan pengobatan Secara spiritual dengan mengembangkan
sikap hidup dengan pendalaman spiritual yang lebih khusuk. Melalui
kegiatan spiritual yang lebih khusuk itu akan didapatkan
petunjuk-petunjuk niskala untuk dilaksanakan secara sekala. Penerimaan
kondisi yang sakit dan membuat duhkha itu dengan pemahaman yang dalam
akan dapat meningankan beban sakit karena karma-karma masa lalu.
Sakit
adidevika ini umumnya tidak bisa diobati secara medis pada umumnya.
Karena itu, ia harus diobati dengan cara pandang spiritual yang mampu
menguatkan keyakinan diri lebih berdaya menghadapi hidup ini. Cara
pandang spiritual yang kuat itu akan dapat membangun kayakinan diri
semakin optimis menghadapi hidup. Kuatnya keyakinan diri ini sering
sebagai obat mujarab dalam menghadapi penyakit ini. Balipost – Minggu,
23 Agustus 2009.