HINDU SOPOYONO: Mengapa Mereka Tercerahkan Ajaran Hindu?
OM SVASTI ASTU - SELAMAT DATANG DI SOPOYONO BLOGSPOT
“Aku hendak membagikan apa yang kudengar – itupun jika kau mengizinkan!”

Minggu

Mengapa Mereka Tercerahkan Ajaran Hindu?

Oleh : Putu Suarsana


Tidak sedikit umat Hindu meninggalkan keyakinannya karena bingung dan juga sebab-sebab yang tidak jelas. Walaupun akhirnya menjelang mati atau setengah mati atau setelah mati ada pesan-pesan penyesalan, dan ingin kembali ke jalan Hindu. Dan tidak sedikit pula yang malu-malu “mengaku” Hindu, ke Pura atau mengikuti ritual Hindu, namun tidak berani menyatakan diri sebagai umat Hindu. Di sisi lain tidak sedikit orang asing yang justru mendapat pencerahan dan ingin mati sebagai umat Hindu. Orang asing memiliki alasan dan motivasi yang tidak sama.

Stephen Knapp
“Agama Hindu, atau agama Veda, tidak hanya sekedar  suatu agama. Ia adalah jalan spiritual dan cara hidup. Jujur saja, tiada sesuatu yang sebanding dengannya. Dan saya tahu. Saya tumbuh dan besar di Barat sebagai seorang Kristen, mempelajari Bible dari kulit muka sampai kulit belakang, bolak-balik karena keingintahuan saya. Tetapi, ketika saya berumur kira-kira 19 tahun, saya masih memiliki banyak pertanyaan yang belum dan tidak akan bisa dijawab oleh agama Kristen. Saya mempelajari dengan sungguh-sungguh berbagai agama dan peradaban di seluruh dunia. Akhirnya menemukan agama Veda sebagai yang mungkin paling dalam dari semua tradisi. Inilah satu-satunya yang menawarkan wawasan lebih banyak atas kehidupan dan tujuannya, terutama dalam aspek spiritualnya, dibandingkan dengan budaya dan agama lain yang kita temukan dewasa ini. Dalam cara ini, saya menemukan jawaban-jawaban yang saya perlukan dalam pustaka suci Veda, terutama dalam Bhagavad-Gita, Bhagavata Purana dan lain-lainnya.”


Profesor Bournouf
Dalam Discourse on Sanskrit and Its Literature, yang disampaikan di College of France; menyatakan: “Kita akan mempelajari India dengan filsafat dan mitologinya? Tidak, ini lebih daripada India, ia adalah satu halaman dari asal-usul dunia yang akan kita coba untuk pecahkan sandinya.”

Mr. Thornton
Dalam bukunya History of British India mencatat: “Orang-orang Hindu secara tak terbantahkan berhak untuk ditempatkan dalam tingkat bangsa-bangsa paling kuno yang masih tetap hidup, seperti juga di antara mereka yang paling awal dan paling cepat beradab …… sebelum pyramid memandang ke bawah ke lembah sungai Nil …… Ketika Yunani dan Italia, ayunan dari peradaban modern, dihuni oleh para pemburu dari hutan belantara, India adalah tempat bagi kemakmuran dan keagungan.

Augustus Schlegel
Filsuf Jerman yang terkenal ini, dalam bukunya Wisdom of the Ancient Indians, mencatat sehubungan dengan asal-usul suci dari peradaban Veda, “Tak dapat disangkal bahwa orang-orang India awal memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Seluruh tulisan mereka penuh dengan perasaan dan ekspresi, mulia, jelas dan agung. Sedalam yang dapat dibayangkan oleh manusia dalam bahasa manusia, di mana manusia telah bicara tentang Tuhan mereka.”

Max Muller
Dalam bukunya India – What It Can Teach Us (halaman 21) menyatakan: “Catatan sejarah (tentang orang-orang Hindu) terbentang lebih jauh dalam beberapa hal, jauh melebihi semua catatan dan telah dijaga dan telah dipelihara untuk kita, dalam dokumen yang sempurna dan dapat dibaca, sehingga kita dapat belajar darinya pelajaran-pelajaran yang tidak dapat kita pelajari di manapun dan menyediakan rantai yang hilang (missing link). Dalam History of Ancient Sanskrit Literature (halaman 557), Max Muller mencatat: “Di dalam Rgveda kita akan melihat antiquitas yang lebih sejati dari seluruh inskripsi Mesir atau Ninevah. Veda adalah buku tertua yang pernah ada …” Ia  juga mencatat: “Veda memiliki dua kepentingan, ia merupakan milik dari sejarah dunia dan sejarah India. Dalam sejarah dunia Veda mengisi sebuah jurang pustaka, yang bahasa lain tidak mampu memenuhinya. Ia membawa kita ke belakang kepada waktu di mana kita tidak memiliki catatan apapun.”

David Frawley
Ia mengatakan: Ada agama yang berdasarkan pada dogma, kepercayaan irasional yang harus diterima begitu saja. Ada agama yang berdasarkan dharma, hukum universal, yang dapat diperiksa dan diuji oleh akal. Agama-agama dogmatic bersifat sangat eksklusif, merasa memonopoli kebenaran, mempunyai kecenderungan untuk menaklukkan, menguasai dan mengendalikan. Sebagai konsekuensinya, disadari atau tidak, sering menganjurkan kebencian. Dari kebencian lahir kekerasan terhadap orang-orang yang beragama lain.

Klaus K. Klostermaier
“Tidak mengherankan untuk menemukan agama hindu akan menjadi agama yang dominan untuk abad dua puluh satu. Ia akan menjadi agama yang secara doctrinal tidak sedogmatik Kristen, secara politik tidak sekeras Islam, dan secara etik tidak seheroik Buddha. Tetapi ia akan menawarkan segalanya untuk setiap orang. Ia akan memberikan kebahagiaan dengan kekayaan dan kedalamannya. Dia akan menjangkau orang-orang pada sebuah level yang sejak lama belum disentuh oelh agama atau ideologi lain yang masih ada. Ia akan tampak idealistic bagi mereka yang mencari idealism, pragmatic bagi mereka yang pragmatis, spiritual bagi para pencari, sensual bagi generasi kini dan di sini.”

Schopenhauer
Setelah mempelajari berbagai Upanishad, filsuf Jerman ini menyatakan: “Di dunia ini …… tidak ada ajaran …… yang begitu bermanfaat dan mencerahkan seperti yang diajarkan oleh Upanishad-Upanishad. Ajaran-ajaran itu adalah hasil karya kebijaksanaan tertinggi. Cepat atau lambat, ajaran-ajaran itu ditakdirkan untuk menjadi keyakinan masyarakat luas.”



Sumber:
1. Hindu Agama Terbesar di Dunia – Editor: Ngakan Made Madrasuta.
2. Hindu dibalik Tuduhan dan Prasangka – Suryanto, M.Pd.