Demikianlah perilaku manusia selama hidupnya berada pada dua jalur yang berbeda itu, sehingga dengan kesadarannya dia harus dapat menggunakan kemampuan yang ada di dalam dirinya, yaitu kemampuan berfikir, kemampuan berkata dan kemampuan berbuat. Walaupun kemampuan yang dimiliki oleh manusia tunduk pada hukum rwabhineda, yakni cubha dan acubhakarma (baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya), namun kemampuan itu sendiri hendaknya diarahkan pada çubhakarma (perbuatan baik). Karena bila cubhakarma yang menjadi gerak pikiran, perkataan dan perbuatan, maka kemampuan yang ada pada diri manusia akan menjelma menjadi prilaku yang baik dan benar. Sebaliknya, apabila acubhakarma yang menjadi sasaran gerak pikiran, perkataan dan perbuatan manusia, maka kemampuan itu akan berubah menjadi perilaku yang salah (buruk).
Berdasarkan hal itu, maka salah satu aspek kehidupan manusia sebagai pancaran dari kemampuan atau daya pikirnya adalah membeda-bedakan dan memilih yang baik dan benar bukan yang buruk atau salah.
Manusah sarvabhutesu
vartate vai cubhacubhe,
achubhesu samavistam
cubhesveva vakaravet. (Sarasamuccaya 2)
vartate vai cubhacubhe,
achubhesu samavistam
cubhesveva vakaravet. (Sarasamuccaya 2)
Dari Demikian banyaknya mahluk yang
hidup, yang dilahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat melakukan perbuatan baik buruk
itu; adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya
jadi manusia.
Untuk memberikan batasan tentang manakah
yang disebut tingkah laku baik atau buruk, benar atau salah, tidaklah mudah untuk
menentukan secara tegas mengenai klasifikasi dari pada baik dan buruk itu adalah sangat
sulit. Sebab baik dan buruk seseorang belum tentu baik atau bauruk bagi orng lain. Hal ini
tergantung tingkat kemampuan dan kepercayaan serta pandangan hidup seseorang itu sendiri.
Akan tetapi menurut agama Hindu disebutkan secara umum bahwa perbuatan yang baik yang
disebut Cubhakarma itu adalah segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran agama
yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna, bahagia lahir bathin dan
menuju kepada persatuan Atman dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Sedangkan perbuatan
yang buruk (acubhakarma) adalah segala bentuk tingkah laku yang menyimpang dan
bertentangan dengan hal-hal tersebut di atas.
Untuk lebih jelasnya, manakah bentuk-bentuk
perbuatan baik (cubhakarma) dan bentuk-bentuk perbuatan yang tidak baik (Acubhakarma)
menurut ajaran agama Hindu sebagaimana disjelaskan berikut ini:
Çubhakarma (Perbuatan Baik)
Tri Kaya Parisudha
Tri
kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu
berfikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan
berbuat yang jujur (Kayika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul
perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini
timbul adanya sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam
berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang
berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak
berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya hukum
karmaphala. Sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak
suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan
tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam pengendalian yang
berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain,
tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berjina.
Catur Paramita
Catur
Paramita adalah empat bentuk budi luhur, yaitu Maitri, Karuna,
Mudita dan Upeksa. Maitri
artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur yang berusaha untuk
kebahagiaan segala makhluk. Karuna
adalah belas kasian atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur,
yang menghendaki terhapusnya pendertiaan segala makhluk. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang
lain. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang
lain. Catur Paramita ini adalah tuntunan susila yang membawa masunisa kearah
kemuliaan.
Panca Yama Bratha
Panca
Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya dengan
perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian bathin. Panca Yama
Bratha ini terdiri dari lima bagian yaitu Ahimsa
artinya tidak menyiksa dan membunuh makhluk lain dengan sewenang-wenang, Brahmacari artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama
menuntut ilmu, dan berarti juga pengendalian terhadap nafsu seks, Satya artinya benar, setia, jujur yang menyebabkan
senangnya orang lain. Awyawahara
atau Awyawaharita artinya melakukan usaha yang selalu bersumber
kedamaian dan ketulusan, dan Asteya
atau Astenya artinya tidak mencuri atau menggelapkan harta
benda milik orang lain.
Panca Nyama Bratha
Panca Nyama Bratha adalah lima
macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan
kesucian bathin, adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah
Akrodha artinya tidak marah, Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun
melaksanakan ajaran dan nasehat-nasehat guru, Aharalaghawa artinya pengaturan
makan dan minum, dan Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan
kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci.
|
Sad Paramita
Sad Paramita
adalah enam jalan keutamaan untuk menuju keluhuran. Sad Paramita ini meliputi: Dana Paramita artinya memberi dana atau sedekah baik berupa
materiil maupun spirituil; Sila Paramita
artinya berfikir, berkata, berbuat yang baik, suci dan luhur; Ksanti Paramita artinya pikiran tenang, tahan terhadap
penghinaan dan segala penyebab penyakit, terhadap orang dengki atau perbuatan
tak benar dan kata-kata yang tidak baik; Wirya Paramita artinya pikiran, kata-kata dan perbuatan yang teguh,
tetap dan tidak berobah, tidak mengeluh terhadap apa yang dihadapi. Jadi yang
termasuk Wirya
Paramita ini adalah keteguhan
pikiran (hati), kata-kata dan perbuatan untuk membela dan melaksanakan
kebenaran; Dhyana
Paramita artinya niat
mempersatukan pikiran untuk menelaah dan mencari jawaban atas kebenaran. Juga
berarti pemusatan pikiran terutama kepada Hyang Widhi dan cita-cita luhur untuk
keselamatan; Pradnya Paramita artinyaa kebijaksanaan dalam menimbang-nimbang suatu
kebenaran.