HINDU SOPOYONO: TRI HITA KARANA
OM SVASTI ASTU - SELAMAT DATANG DI SOPOYONO BLOGSPOT
“Aku hendak membagikan apa yang kudengar – itupun jika kau mengizinkan!”

Minggu

TRI HITA KARANA

Konsep Tri Hita Karana
Tri hita karana adalah tiga sumber yang mendatangkan keselamatan atau kebaikan (Ragam Istilah Hindu, Tim Bali Age, 2011:) yakni hubungan baik antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), antara manusia dengan manusia (pawongan), an
tara manusia dengan lingkungan (palemahan). Perpaduan ketiga aspek keseimbangan merupakan sistem keharmonisan hidup (lahir dan batin). Tri hita karana didasarkan pada keyakinan bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan, dipelihara dan dipralina (dilebur) oleh Tuhan sebagai Tri Murti (Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa) yang mempunyai kekuatan Tri Kona yakni upeti (penciptaan) oleh dewa Brahma, setiti (pemelihara) oleh Dewa Wisnu, dan pralina (pelebur) oleh dewa Siwa. Siklus lahir (upeti), hidup (setiti), dan pralina (mati) terus berjalan (reinkarnasi/punarbawa) hingga ciptaan kembali menyatu dengan penciptanya. Berbagai konsep lain yang mendukung tri hita karana antara lain: Catur Marga/Yoga, Dewata Nawa Sanga, Dewi-Dewi sebagai sakti dari Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa (seperti Dewi Saraswati, Dewi Uma/Sri, dan Dewi Parwati), Panca Sarada (kepercayaan terhadap Tuhan, atman, karma pala, samsara, dan moksa), tiga kerangka dasar masyarakat Bali Hindu (tatwa, susila, upakara), Tat wam Asi, Tri Kaya Parisuda, dan Catur Purusartha. Sukardana (2010) lebih jauh menjabarkan keterkaitan ketiga kerangka dasar tersebut terhadap hampir semua konsep penataan kehidupan masyarakat Bali Hindu.


Penerapan Tri Hita Karana.

Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu sebagai berikut
Hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan Dewa yadnya.
Hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diwujudkan dengan Bhuta yadnya.
Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra, Resi, Manusia Yadnya.

TRI HITA KARANA

Tri Hita Karana terdiri dari :


  1. Parahyangan
  2. Pawongan
  3. Palemahan

1. Parhyangan
Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Brahman sang pencipta / Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai Umat beragama atas dasar konsep theology yang diyakininya khususnya Umat Hindu yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Sang Pencipta melalui kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk hal ini ditempuh dengan Catur Marga yaitu empat jalan menuju Sang Pencipta yakni :

Karma Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk berbuat semaksimal mungkin untuk kepentingan orang banyak atau dirinya sendiri berada dalam lingkungan itu. Apa yang dikerjakannya tersebut di landasi dengan rasa tulus iklas dan tanpa pamrih. Yang dapat diperbuat dan mempunyai nilai spiritual yang tinggi adalah membangun dan membantu pembangunan tempat-tempat ibadah baik melalui memberikan dana punya ( memberikan sumbangan berupa uang atau bahan-bahan bangunan ), sehingga dapat memperlancar kegiatan pembangunan tempat-tempat ibadah tersebut dan terwujud dengan baik serta dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya oleh Umat beragama untuk kegiatan Keagamaan.

Bhakti Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong Umat untuk tulus iklas mengabdi atas dasar kesadaran pengabdiaan, yang dimaksudkan disini adalah selain berbhakti kepada Hyang Widi Wasa (Tuhan) juga mengabdi untuk kepentingan masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Jnana Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk yang mempunyai kemampuan pemikiran – pemikiran yang cemerlang dan positif untuk disumbangkan secara sukarela dan tanpa imbalan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
Raja Yoga Marga merupakan suatu ajaran yang mendorong umat untuk selalu menghubungkan diri dengan Tuhan melalui kegiatan sembahyang, tapa ( mengikuti untuk tidak melanggar larangan/ pantangan ), brata ( mengendalikan diri ) dan semadi ( selalu menghubungkan diri dengan berpasrah diri kepada Tuhan melalui berjapa/jikir ).

2. Pawongan
Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis melalui kegiatan Sima Krama Dharma Santhi / silahturahmi. Dan kegiatan ini dipandang penting dan strategis mengingat bahwa umat manusia selalu hidup berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu tali persahabatan dan persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.

 
3. Palemahan
Palemahan adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Ajaran ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya keseimbangan ekosistem. Untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam lingkungan, bentuk-bentuk nyata yang dapat dipedomani dan dilaksanakan khususnya bagi Umat Hindu adalah melalui pengamalan makna Tumpek Uduh, Tumpek Kandang dan Caru ( Bhuta Yajna ) dengan berbagai tingkatannya. Semuanya itu merupakan suatu tatanan yang mendasar serta mengandung konsep – konsep keseimbangan yang pada intinya memberikan dorongan untuk menumbuh kembangkan rasa cinta kasih kepada sesama dan alam lingkungan.
Tri Hita Karana dan Tat Twam Asi adalah ajaran yang merupakan suatu konsep untuk menciptakan keharmonisan hubungan yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama umat manusia dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.