Selasa
HIDUP ITU SEPERTI SEBUAH PERJALANAN
oleh Ida Pedanda Gunung
OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.
MATANGNYN HAYWA JUGA WWANG MANASTAPA,AN TAN PARIBAWA, SI DADI WWANG TA PWA KANGONGAKNA RI AMBEK APAYAPAN PARAMADURLABHA SI JANMAMANUSA NGARAN YA, YADYAPI CANDALAYONI TWI. (SS. 4. hal. 8).
Artinya;
Oleh karena itu, janganlah bersedih hati, sekalipun hidup tidak makmur, dilahirkan menjadi manusia itu, hendaknya menjadikan berbesar hati, sebab amat sukar untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, sekalipun kelahiran cacat sekalipun.
Setelah direnungkan kalimat tersebut diatas, maka penyesalan atas segala yang kita hadapi dalam hidup ini tidaklah perlu, walaupun keadaan hidup sekarang ini kurang, cacat fisik. Sebab dengan menjadi manusia itu saja kita harus berbesar hati. Sebab dengan lahir menjadi manusia kita dapat berbuat baik untuk menyempurnakan (melebur ) perbuatan yang buruk.
Jumat
Tantri: Burung Cangak Mati karena Loba
Siasada (Tuma)lalu berceritra sebagai berikut. Ada
sebuah kolam yang indah,airnya jernih. Ikannya berwarna-warni,berkeliran
dalam air. Ada yang yang berteduh di bawah daun tunjung (padma) biru
yang bunganya sedang mekar. Pinggirnya amat mempesona,yang ditumbuhi
bermacam bunga .Baunya semerbak mewangi. Kumbangnya beterbangan mengisap
adu. Ada juga tumbuhan yang sedang berbuah dengan lebatnya.Bangsa
burung banyak yang betengger didahannya, bersuara kegirangan. Seperti
orang berkumpul untuk belajar mencari ilmu. Diantara burung-burung itu
ada burung Cangak yang amat durhaka dan loba. Ia telah mengetahui
bagaimana kehidupan ikan-ikan di kolam itu. Ia telah banyak memangsa
ikan disana,oleh karenanya para ikan tidak berani mendekat padanya.
Untuk itu burung Cangak lalu mencari daya upaya. Ia merubah sikapnya
seperti orang yang bijaksana, memakai anting-anting,
ganitri,maketu,berslimut putihsebagai seorang pendeta.
Setiap hari selalu melaksanakan tapa brata dan
semadi.berjalanpun ia pelan dan hati-hati, Ia lalu berdiri dipinggir
kolam bertengger diatas pohon Sindura, ditempuh ombak air
telaga.pandangan matanya seperti orang yang sedang melakukan pemujaan.
Sepertinya ia sedang melakukan ajaran tatwa utama,suaranya tak
karuan.Menghaturkan weda sruti pada hyang Surya. Ikan-ikan yang berenang
didepannya tak dihiraukannya.
Sabtu
Upacara Ngaben Langkah Efisien Penggunaan Lahan
Mungkin hanya agama Hindu yang
mengajarkan agar setiap umat yang meninggal supaya di ”aben”, dengan membakar
mayat melalui segala tatanannya. Kadang-kadang sebagian besar dari mereka belum
memahami, apa yang sedang mereka lakukan, apalagi bagi yang bukan Hindu semakin
tidak mengerti mereka. Tetapi banyak pula yang menafsir dengan bermacam-macam
pendapat, kadang-kadang mereka bernada memvonis sesuai dengan tafsir mereka
yang sama sekali tidak beralasan, inilah yang membuat bingung semua umat
manusia yang dapat membaca, mendengar, melihat langsung prosesi upacara ngaben
yang dilakukan oleh umat Hindu.
Ini yang selalu menjadi pemikiran saya selaku Pedanda, sehingga muncul bermacam-macam pertanyaan di benak hati, seperti: Mengapa kita harus ngaben? Benarkah ngaben itu tindakan sadis, membakar-bakar mayat? Apakah upacara ngaben termuat dalam kitab suci veda? Banyak lagi pertanyaan sejenis itu yang muncul dalam benak hati saya, mungkin hal seperti ini juga terjadi dalam pikiran umat Hindu yang ingin mengetahui tentang prosesi upacara ngaben secara mendalam. Saya pikir hal semacam itu adalah pikiran yang sangat wajar. Karena pikiran seperti itu sangat baik dibandingkan dengan memvonis sebelum dapat mempelajari, apalagi masalah agama yang nota bena sangat sensitif.
Ini yang selalu menjadi pemikiran saya selaku Pedanda, sehingga muncul bermacam-macam pertanyaan di benak hati, seperti: Mengapa kita harus ngaben? Benarkah ngaben itu tindakan sadis, membakar-bakar mayat? Apakah upacara ngaben termuat dalam kitab suci veda? Banyak lagi pertanyaan sejenis itu yang muncul dalam benak hati saya, mungkin hal seperti ini juga terjadi dalam pikiran umat Hindu yang ingin mengetahui tentang prosesi upacara ngaben secara mendalam. Saya pikir hal semacam itu adalah pikiran yang sangat wajar. Karena pikiran seperti itu sangat baik dibandingkan dengan memvonis sebelum dapat mempelajari, apalagi masalah agama yang nota bena sangat sensitif.
KAUM IBU.
Om Swastiastu, Om Awignamastu.
Saya jadinya teringat pada pesan Guru saya dulu, melihat situasi sekarang kaum ibu (wanita) sepertinya dilecehkan, dengan adanya pemerkosaan, KDRT. dsb. Seperti termuat di media masa, jadi hati saya menjadi sangat sedih. Mudah-mudahan apa yang pernah saya dengar dari guru saya tidak menjadi kenyataan;
Guru saya pernah ngasi tau saya;
DIMANAPUN DAN KAPANPUN KAUM WANITA DILECEHKAN/DISAKITI DISITU AKAN TERJADI KEHANCURAN.
DISAAT TERJADI PELECEHAN/MENYAKITI KAUM IBU, ITU SEBUAH PERTANDA KEHANCURAN SEMAKIN DEKAT
Pada waktu itu beliau mengambil contoh terjadinya Brathayudha, hancurnya Alengka itu disebabkan adanya tindakan yang bersumber pada peristiwa menyakiti kaum wanita/kaum ibu, contoh; Dewi Drupadi dan Dewi Sita disakiti dan dilecehkan oleh kaum Kurawa di bawah pimpinan Duryodana, dan yang satu lagi oleh kaum Alengka dibawah pimpinan Rohwana.
Saya jadinya teringat pada pesan Guru saya dulu, melihat situasi sekarang kaum ibu (wanita) sepertinya dilecehkan, dengan adanya pemerkosaan, KDRT. dsb. Seperti termuat di media masa, jadi hati saya menjadi sangat sedih. Mudah-mudahan apa yang pernah saya dengar dari guru saya tidak menjadi kenyataan;
Guru saya pernah ngasi tau saya;
DIMANAPUN DAN KAPANPUN KAUM WANITA DILECEHKAN/DISAKITI DISITU AKAN TERJADI KEHANCURAN.
DISAAT TERJADI PELECEHAN/MENYAKITI KAUM IBU, ITU SEBUAH PERTANDA KEHANCURAN SEMAKIN DEKAT
Pada waktu itu beliau mengambil contoh terjadinya Brathayudha, hancurnya Alengka itu disebabkan adanya tindakan yang bersumber pada peristiwa menyakiti kaum wanita/kaum ibu, contoh; Dewi Drupadi dan Dewi Sita disakiti dan dilecehkan oleh kaum Kurawa di bawah pimpinan Duryodana, dan yang satu lagi oleh kaum Alengka dibawah pimpinan Rohwana.
Kisah Melegenda: Jayaprana dan Layonsari
Setiap peradaban budaya di setiap
daerah pasti memiliki cerita yang melegenda, termasuk di Pulau Bali yang
terkenal dengan kisah cinta seorang pemuda pemudi yang bernama Jayaprana dan
Layonsari ini, hingga saat ini pemakaman serta rumah Jayaprana dan Layonsari
masih ada lho…
Dua orang suami istri bertempat
tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan
seorang perempuan. Oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka
empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia bersamaan. Tinggalan
seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana. Oleh karena orang
yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia puan memberanikan
dirimengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin, rajapun
amat kasih sayang kepadanya.
Kini I Jayaprana baru berusia
duabelas tahun. Ia sangat ganteng paras muka tampan dan senyumnya pun sangat
manis menarik.
Beberapa tahun kemudian…
Pada suatu hari raja menitahkan I
Jayaprana, supaya memilih seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau
gadis gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah
baginda, dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksan
oleh raja akhirnya I Jayaprana menurutinya. Ia pun melancong ke pasar yang ada
di depan istana hendak melihat-lihat gadis yang lalu lalang pergi ke pasar.
Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita. Gadis itu bernama
Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar.
Langganan:
Postingan (Atom)