Anggara Wage Wuku Gumbreg bertepatan Sasih Kapitu (Selasa, 23 Januari
2001), merupakan hari suci bagi umat Hindu. Hari tersebut dikenal
dengan nama Siwalatri/Siwaratri atau Malam Siwa. Latri berarti malam
(gelap). Dan bahkan malam itu adalah malam tergelap dibanding
malam-malam lainnya. Kalangan krama Bali beragama Hindu umum menyebutnya
"peteng pitu".
Pada hari Siwaratri umat memuja Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dalam prabhawanya sebagai Siwa Mahadewa. Umat patut
melaksanakan brata, meningkatkan kesucian rohani dan latihan mengekang
hawa nafsu. Tujuannya agar memiliki daya tahan dalam menghadapi berbagai
tantangan kehidupan di dunia ini. Terbebas dari berbagai godaan yang
bisa menjerumuskan dan menyesatkan hidup, karena perbuatan menyimpang
dari ajaran dharma atau Agama.
Gelap bisa menakutkan dan
menciutkan nyali bagi sebagian orang. Karena menurut mereka di dalam
gelap bercokol setan dan berbagai mahluk pemangsa lainnya. Tetapi
sebagaian orang lagi gelap merupakan media dalam mendapatkan ketentraman
batinnya. Dalam kegelapan malam ada keheningan kesunyian dan kedamaian,
makanya mereka memburu gelap, termasuk malam siswa malam paling gelap
sehari menjelang Tilem Kepitu 24 Januari 2001.
Adalah Lubdhaka si
pemburu miskin yang berbahagia dalam perjalanan hidupnya, sekalipun
tidak disadari karena secara kebetulan. Dikatakan berbahagia, lantaran
sekalipun dalam sehari-hari selalu melakukan tindakan sadis, melakukan
pembunuhan satwa (binatang), tetapi bisa masuk surga sesudah meninggal.
Dari
pandangan mata secara awam saja, tentu perbuatan membunuh,
menghilangkan nyawa mahluk lain di luar tujuan yadnya, adalah berdosa.
Misteri kematian dan perjalanan arwah Lubdhaka tidak banyak yang
mengetahuinya. Pemburu tersebut dalam mitologi HIndu meniggal beberapa
hari setelah Siwaratri lantaran menderita suatu penyakit. Istri dan
anak-anaknya merasa kehilangan.
Apa yang dilakukan Lubdhaka
sehingga memperoleh tiket masuk surga setelah mati? Suatu hari lelaki
itu seharian berburu, namun sama sekali tidak mendapat binatang buruan.
Waktu itu jangankan ia berhasil memanah seekor binatang untuk dibawa
pulang, melihat bayangan binatang saja tidak. Sangat apes hari itu
perjalanan Lubdhaka sebagai pemburu profesional.
Dalam kehampaan,
jengkel bercampur lelah fisik karena lapar dan harus Lubdhaka memutuskan
tidak bertolak pulang menemui istri dan anak-anak kesayangannya. Dengan
perasaan pasrah dan nekat ia memutuskan bermalam di hutan, padang
perburuannya seorang diri.
Waktu itu sebagai pemburu Lubdhaka
tidak memiliki motip lain, bertahan di hutan. Kecuali satu harapannya,
malam itu ia akan menemukan binatang dan berhasil memanahnya untuk
dibawa pulang. Ia memilih berdiam di sebuah pohon dekat telaga yang
airnya sangat bening.
Lubdhaka boleh saja berharap, namun
kenyataannya sampai tengah malam yang sunyi senyap hasilnya tetap nihil.
Malah dalam malam gelap ia dilanda ketakutan. lantas Lubdhaka memilih
memanjat sebuah pohon yang lumayan rindang, antisipasinya supaya
terhindar dari sergapan binatang buas. Untuk menahan kantuknya tangan
memetik satu persatu dahan pohon yang tidah. Ternyata malam saat
Lubdhaka menginap di hutan adalah Malam Siwa (Siwa Latri), yakni malam
payogan Hyang Siwa.
Dimana dibawah pohon tempatnya memanjat ada
sebuah telaga dan perwujudan Siwa beryoga. Pohon yang dinaiki adalah
pohon Bila, serta dalam petikan lelaki itu tpat mengenai patung Siwa
tersebut. karena takut jatuh otomatis laki-laki tetap terjaga (jagra)
sampai pagi. Aktivitas Lubdhaka malam itulah mendapat pahala dari Hyang
Siwa, hingga ia berhak masuk sorga.
Aktivitasnya itu sama nilainya
dengan yang dikerjakan Siwa. Beryoga, menahan haus, lapar, tidak tidur
dan menahan nafsu-nafsu lainnya. Di Khayangan rohnya sempat menjadi
rebutan, antara penguasa neraka dan surga. Perjalanan Lubdhaka sebagai
pemburu sampai masuk sorga cukup kontroversial.
Malahan di
kalangan umat Hindu sendiri hal ini masih menjadi masalah yang patut
untuk didiskusikan, artinya begini, pantaskah seorang Lubdhaka yang
melakukan pembunuhan terhadap sarwa buron ini mendapatkan pengampunan
hanya karena melakukan kegiatan begadang semalam suntuk.
tra
Bali Aga 18 Jan-24 Jan 2001