JAPA MANTRA
Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri
Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang
tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawantahan dari esensi mantra
ini. Ada dua versi mantra Gayatri
yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri.
Yang pertama adalah seperti berikut ini :
OM
BHUR,
OM BWAH, OM SWAH,
Om
Tat Savetur Varenyam
Bhargo Devasya Dimahi,
Dhiyo
Yonah Prachodayat
Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah
manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini? Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima
bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi).
Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur
menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit
maupun buana-agung.
Gayatri lahir
dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda
sebagai mantra yang bersifat
universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk
seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya.
Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala
kelima dewi di atas tersebut. Dewi
Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur,
keindahan dan seni budaya. Tanpa
Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti.
Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan
sebagainya. Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini,
sedangkan Dewi Saraswati adalah
shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta. Durga
adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan,
asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau
dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai
asura ini. Di Indonesia ada konsep
yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para
setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur
iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali.
Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi
mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya.
Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri
atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan
insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja.
Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh”
Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali),
yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang
Kala ataupun Sang Kali. Secara
spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang
ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan
hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam
bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana
saja. Sewaktu seorang jabang bayi
lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah.
Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut
sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum,
karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri. Oleh karena itu sewaktu
dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah
akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan
hakikat kehidupannya di dunia ini. Sayang
sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua
pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran
yang akan diterimanya. Lambat-laun
hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini.
Sesungguhnya mantra yang
utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk
mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.
Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari
berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman
seseorang akan mantra ini sempurna. Kalau
hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah
kebodohan belaka. Pemahaman yang
baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam
diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.
Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah
berstatus dwijati dan non-pamrih dalam
segala hal. Pada saat seseorang
berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual,
dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya).
Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya.
Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang
akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan
bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara
duniawi secara wajar-wajar saja.
Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra,
karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga
sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman
tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan
hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut:
“Om
Tat-Savitur-Varenyam
Bhargo
Devasya Dhimahi
Dhiyo
yo Nah Pracodayat”
Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada
manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat
silam. Keseluruhan mantra ini
termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda.
Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di
Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan
chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra
Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki.
Om Bhur berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini.
Sedangkan
tiga baris mantra di atas berarti:
“Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya
surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.”
Biasanya di
India mantra ini disertai dengan japa
pranava dan Vyahrti-S. Bagi
kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar
pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102
tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan
semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari,
maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”. Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk
mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini,
bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja.
Pada zaman
ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu
berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai
dialog yang aneh-aneh. Ada
sementara resi mengatakan pranava
“Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam
setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada
dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan
malam. Dengan demikian sandhya yang pertama
adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari. Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d
jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d
7 sore. Setelah Islam masuk ke
India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari,
padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang.
Di masa
lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke
Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja, seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang
terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana.
Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya
adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan
atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan
bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya.
Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang
Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri.
Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya,
pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi
setelah senja lewat. Saat ini
aturan inipun sudah terkesan bebas.
Dengan
mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan
membebaskan kita semua dari
kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti
dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini.
Ribuan
tahun telah silam semenjak hadirnya
berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai
pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang
berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga).
Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja
ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya.
Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan
tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini.
Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda
telah dilantunkan olehnya. Kemudian
mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa
proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga
disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”.
Kaum Hindu
di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada
seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut
harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih
mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah
itu tidak akan ada aral melintang lagi.
Di India,
seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia
muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh
kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur
Vedik disebut gayatri-diksa. Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki
diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma.
Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5
tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya,
maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun.
Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan
berlangsung sewaktu ia menikah nanti. Bagi
kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan ini.
tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas
yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat
perjuangan Mahatma Gandhi almarhum.
Dipercayai
secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua.
Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama,
dan lahirnya seseorang dari rahim
bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah
melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran
kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang
waktu. Sesudah diinisiasi ini
seorang putra laki-laki disebut Dvija.
Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan
kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru
spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa
sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan
di Brahma-Sutra.
Kami di Ganeshya
Pooja (Shanti Griya) telah
menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70
sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara
ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis
sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam
dirinya. Setelah mendapatkan awal
inisiasi, pemuja ini akan segera
menjadi vegetarian dan ahimsa, lalu
mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap.
Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini,
karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah
banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak
mau menurunkannya secara sembarangan. Pada
saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan
menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan.
Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih
kita semua.
Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu
melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun
melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti
upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah
dengan purushanya. Menurut para
resi seorang wanita lebih efektif
dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena
efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk
janin-janin yang dikandungnya.
Seorang resi guru Chinmaya
pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang
dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan
langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti
berikut ini:
Arti dari
wacana Gayatri
Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika
1. Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan
hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha
Hadir di mana saja.
2. Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi
semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi
dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra
Gayatri.
3. Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati
Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam
diri kita). Sang Atman ini
diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur).
4. Kata “tat” disini
mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan
bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param
Brahma).
5. Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua
pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi
di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan
penghancurannya (kiamat, pralaya).
6. Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu)
yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah
yang tidak ada batasnya).
(kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam)
7. Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan,
ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman
Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ
akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera.
8. “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir,
menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran,
alam-mimpi dan alam tidur-lelap.
9. Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi
Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai
penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu
Brahman Itu Sendiri.
10.
Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal
dari konstruksi di Veda.
11.
Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan
kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita
faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk.
12.
Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah),
Svah, Mahah, Janah, Tapah dan Satyam,
semuanya berjumlah tujuh
disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama
dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya
mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi.
13.
“Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap
periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat
eksistensi murni di dalam setiap bentuk.
14. Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini
berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi
berbagai pikiran kita.
15. Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari
seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh
setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri.
16. Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang
secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha
Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama.
17.
Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta
dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun
di luar.
18.
Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan,
yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya
yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini.
19.
Kata “Satyam” bermakna: Sebuah
tahap yang jauh sekali dari
jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit.
20. Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh
bentuk kesadaran atau pengalaman.
(juga
berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit
kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung).
Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan
guru yang telah dwijati secara murni).
21. “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu
semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah
pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman.
22. Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat
dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra Veda
OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan
makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan
bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis.
23. Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi
kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya.
OM
SHANTI SHANTI SHANTI
OM
TAT SAT sumber: http://shantigriya.tripod.com/sastra/gayatri/gayatri.htm