Sayapun tersenyum dan langsung berkata: “Oh ya bro…. Hindu memuja berhala ya? Tapi entar dulu, sebelum saya menjelaskannya, boleh saya bertanya?”, Tentunya temen saya yang tadi langsung menjawab “iya” dan saya langsung melontarkan pertanyaan “Yang di komputermu itu gambar Yesus kan?” Terus dari mana kalian bisa tahu kalau tampang Yesus seperti itu? Apa ada penjelasan wajah Yesus di Al-Kitab?”
Jawaban teman saya itu sudah bisa ditebak, yaitu “Spekulatif”. Dia menejelaskan bahwa Yesus digambarkan seperti itu karena di kuburannya masih terdapat kain kafan yang menutupi wajahnya dan berbentuk seperti itu. Disamping itu dia juga menjelaskan bahwa Yesus adalah keturunan Israel yang rata-rata memiliki wajah ganteng, kulit cerah, rambut ikal dan panjang, dengan kumis tipis.
Benarkah Yesus seperti ini?
Pertanyaan selanjutnya, “apakah penggambaran ini dapat dipertanggung jawabkan?” Apakah bekas kain kafan bisa memberikan rekonstruksi wajah yang baik? Padahal, fosil dinosaurus yang utuh sekalipun masih memerlukan banyak parameter untuk memberikan gambaran yang sejatinya juga cukup spekulatif. Apakah karena orang israel berambut pirang dan rata-rata ikal dengan kulit putih cerah kita bisa menggambarkan Yesus seperti itu? Bagaimana kalau seandainya Yesus sebenarnya tidak berkumis? Bagaimana kalau beliau punya tahi lalat di muka? Berambut lurus atau mungkin beliau lebih suka berambut cepak?
Jika penggabaran Yesus yang sangat spekulatif tersebut ternyata tidak sesuai dengan keadaan aslinya, apakah itu bisa di kategorikan sebagai penyembahan terhadap berhala?
Karena pada kenyataannya, Al-kitab tidak bisa menjelaskan perbedaan penyembahan terhadap berhala dan juga terhadap gambar Yesus, maka saya akan coba ulas apa itu penyembahan berhala dan penyembahan arca wigraha sebagaimana yang diuraikan dalam ajaran Veda.
Dalam Bhagavad Gita 10.40 disebutkan “Nanto’smi mama divyanam vibhutinam, wujudKu yang rohani nan mulia tidak terbatas”, demikian juga dalam Brahma Samhita 5.33 dikatakan “Advaitam acyutam anadim ananta rupam, Tuhan yang disebut Acyuta yang satu tiada duanya itu, tidak berawal dan memiliki wujud beraneka-ragam tak terbatas”.
Wujud Tuhan yang tanpa batas ini lebih lanjut disebutkan juga dapat diilhami dalam dunia fana ini. Bhagavata Purana 1.5.20, “Idam hi bhagavan iva, dan Mundaka Upanisad. 2.1.10,” purusam evedam visvam, Alam semesta material adalah wujud semesta Tuhan”. BS.5.39,”ramadi murtesu kala niyamena tistham nanavataram ….”, Para Avatara yang turun ke dunia fana dalam beraneka-macam wujud untuk menegakkan dharma dan membasmi adharma. Bhagavad Gita 7.8, “pranavah sarva vedesu” dan Bhagavad Gita 9.17, “vedyam pavitram omkara”, Huruf OM (Pranava Omkara) yang mengawali setiap mantra Veda adalah juga wujud Tuhan. Dalam Padma-Purana, sebagaimana dikutip dalam Padyavali 25 “nama cintamani Krsna … abhinatvam nama naminoh”, Nama suci Tuhan seperti Rama, Hari atau Krishna adalah wujud Tuhan pula. Padma Purana, “arcye visnau siladhir .. Yasya va narakisah” Arca vigraha dan gambar-gambar perwujudan Tuhan juga dapat dipuja sebagai perwujudan Tuhan sendiri.
Jadi dari beberapa sloka di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa penggambaran Tuhan dapat diilhami dalam keagungan ciptaan material beliau yang maha sempurna, perwujudan-perwujudan avatara beliau, Aksara suci dan juga Arca atau gambar-gambar yang dibuat sesuai dengan petunjuk kitab suci.
Sedangkan dalam Bhagavata purana 7.5.23 dijelaskan mengenai 9 proses bhakti / pemujaan terhadap Tuhan, yaitu;
- Sravanam (mendengar tentang Tuhan beserta lila/kegiatan rohani Beliau)
- Kirtanam (memuji-muji Tuhan dan lilaNya nan ajaib)
- Smaranam (mengingat Tuhan dan lilaNya)
- Pada sevanam (melayani kaki PadmaNya)
- Arcanam (memuja Arca Vigraha Beliau)
- Vandanam (memanjatkan doa-doa pujian kepadaNya)
- Dasyam (menjadi pelayanNya)
- Sakhyam (menjadi sahabat karibNya), dan
- Atma nivedanam (berserah diri kepadanNya).
Jika kita membuat foto/gambar seseorang yang sesuai dengan ciri-ciri fisik orang yang dimaksud, maka dengan pasti kita bisa menyebutkan bahwa foto/gambar itu adalah gambar si A atau si B, tetapi kalau kita membuat rekaan gambar yang jauh menyimpang dari ciri-ciri fisik yang dimaksud, maka gambar tersebut tidak bisa kita katakan sebagai gambar yang bersangkutan. Demikian juga dengan gambar / arca atau perwujudan yang dibuat untuk menggambarkan Tuhan. Perwujuda tersebut tidak dapat dibenarkan dan dapat disebut sebagai berhala jikalau perwujudan tersebut tidak dibuat sesuai dengan petunjuk sastra, tetapi hanya rekaan angan-angan belaka.
Sebagai contoh, perwujudan arca atau lukisan Sri Krishna dibuat dengan mengacu pada Brahma Samhita yang menyatakan:
“Tempat tinggal Sri Krishna yang paling utama, yang bernama Goloka Vrindavana, penuh istana-istana terbuat dari batu cintamani (permata yang dapat mengubah benda-benda lain menjadi emas). Ada pohon-pohon, yang disebut kalpa-vriksa atau pohon yang dapat memenuhi segala keinginan, yang menyediakan segala jenis makanan atas permintaan. Ada pula sapi-sapi surabhi, yang menyediakan susu dalam jumlah yang tidak terbatas. Di tempat tinggal ini, Sri Krishna dilayani beratus-ratus ribu Dewi Keberuntungan (para Laksmi), dan Beliau bernama Govinda, Tuhan Yang Mahaabadi dan sebab segala sebab. Krishna suka memainkan seruling-Nya (venu„ kvanantam). Bentuk rohani Krishna adalah bentuk yang paling menarik di seluruh dunia, mata Beliau menyerupai kelopak bunga padma, dan warna badan-Nya seperti warna awan pada musim hujan. Beliau sangat menarik sehingga ketampanan-Nya melebihi beribu-ribu Dewa Asmara. Beliau memakai kain berwarna kuning emas, kalung rangkaian bunga pada leher-Nya dan bulu burung merak pada rambut-Nya”
Atas penjelasan inilah arca / gambar Krishna dibuat. Demikian juga dengan pembuatan gambar/arca Rama yang kulitnya berwarna hijau, penggambaran dewa Siva dengan kulitnya gelap ungu dan khusuk dalam semedi, penggambaran Bala Dewa yang berkulit putih. Semua penggambaran-penggambaran ini harus berdasarkan sastra Veda.
Kembali ke topik percakapan saya di awal tadi dengan seorang sahabat Kristen, maka dapat saya katakan bahwa penggambaran Yesus dalam lukisan atau patung yang tidak di dasarkan pada ayat-ayat Injil tersebut pada dasarnya adalah berhala dan tuduhan dia terhadap umat Hindu yang mewujudkan Tuhan sesuai dengan ajaran-ajaran sastra Veda yang jelas, sama sekali tidak beralasan, tetapi hanya spekulasi belaka.
sumber : www.vedasastra.com