Hindu Kaharingan
Umat Hindu Kaharingan suku Dayak di Kalimantan Tengah memiliki pula buku suci sebagai pegangan di dalam melakukan ajaran agama Hindu. Buku suci penuntunnya, mereka sebut Kitab Suci Panaturan. Di dalam kitab suci ini disebutkan bahwa ajaran Ketuhanan mereka menganut paham theisme adwaita. Artinya percaya kepada Tuhan Yang Maha Tunggal, tetapi menampakkan Diri dalam berbagai wujud. Tafsir ini sesuai dengan bunyi Pasal 1 Kitab Suci Panaturan tentang Tamparan taluh handini (Awal segala kejadian). Suku dayak tersebar di pelosok pulau Kalimantan yang sebagian besar daerahnya terdiri dari hamparan hutan tropis yang lebat serta rangkaian pegunungan yang masih alami. Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Keempat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya adalah 549.032 km2. Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian utara P. Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau[1].
Wilayah pulau Kalimantan (bagian selatan)
dalam wilayah Republik Indonesia, terletak diantara 40 24` LU - 40
10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas
wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara
Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya
mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimanatan Barat sampai dengan Kalimantan
Timur. Sebagai daerah yang memiliki kawasan perbatasan maka mempunyai
persoalan/masalah yang terkait ”illegal trading” apalagi penduduk
kawasan negara tetangga jauh lebih sejahtera dan pembangunannya maju pesat.
Selain itu pesoalan ”illegal loging” yang sering merusak potensi sumber
daya alam (hutan tropis) kita terus berkembang sejalan dengan tingkat ekonommi
masyarakat perbatasan yang belum maju tersebut. Dilain pihak pulau Kalimantan
juga mempunyai potensi antara lain untuk ikut dalam sistem kerangka kerjasama
ekonomi regional seperti BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia, Philipina –
Eastern Asian Growth Area) dan dilalui jalu perdagangan laut internasional ALKI
1 dan ALKI 2[2].
Kaharingan ini pertama kali
diperkenalkan oleh Tjilik Riwut tahun 1944, saat ia menjabat Residen Sampit
yang berkedudukan di Banjarmasin. Tahun 1945, pendudukan Jepang mengajukan
Kaharingan sebagai penyebutan agama Dayak. Sementara pada masa Orde Baru, para
penganutnya berintegrasi dengan Hindu, menjadi Hindu Kaharingan. Pemilihan
integrasi ke Hindu ini bukan karena kesamaan ritualnya. Tapi dikarenakan Hindu
adalah agama tertua di Kalimantan. Lambat laun, Kaharingan mempunyai tempat
ibadah yang dinamakan Balai Basarah atau Balai Kaharingan[3].
Kitab suci agama mereka adalah Panaturan dan buku-buku agama lain,
seperti Talatah Basarah (Kumpulan Doa), Tawar (petunjuk tatacara
meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), dan sebagainya.
Selanjutnya baca