Oleh : Putu Suarsana
Tidak sedikit umat Hindu meninggalkan keyakinannya karena bingung dan
juga sebab-sebab yang tidak jelas. Walaupun akhirnya menjelang mati
atau setengah mati atau setelah mati ada pesan-pesan penyesalan, dan
ingin kembali ke jalan Hindu. Dan tidak sedikit pula yang malu-malu
“mengaku” Hindu, ke Pura atau mengikuti ritual Hindu, namun tidak berani
menyatakan diri sebagai umat Hindu. Di sisi lain tidak sedikit orang
asing yang justru mendapat pencerahan dan ingin mati sebagai umat Hindu.
Orang asing memiliki alasan dan motivasi yang tidak sama.
Stephen Knapp
“Agama Hindu, atau agama Veda, tidak hanya sekedar suatu agama. Ia
adalah jalan spiritual dan cara hidup. Jujur saja, tiada sesuatu yang
sebanding dengannya. Dan saya tahu. Saya tumbuh dan besar di Barat
sebagai seorang Kristen, mempelajari Bible dari kulit muka sampai kulit
belakang, bolak-balik karena keingintahuan saya. Tetapi, ketika saya
berumur kira-kira 19 tahun, saya masih memiliki banyak pertanyaan yang
belum dan tidak akan bisa dijawab oleh agama Kristen. Saya mempelajari
dengan sungguh-sungguh berbagai agama dan peradaban di seluruh dunia.
Akhirnya menemukan agama Veda sebagai yang mungkin paling dalam dari
semua tradisi. Inilah satu-satunya yang menawarkan wawasan lebih banyak
atas kehidupan dan tujuannya, terutama dalam aspek spiritualnya,
dibandingkan dengan budaya dan agama lain yang kita temukan dewasa ini.
Dalam cara ini, saya menemukan jawaban-jawaban yang saya perlukan dalam
pustaka suci Veda, terutama dalam Bhagavad-Gita, Bhagavata Purana dan
lain-lainnya.”
Profesor Bournouf
Dalam Discourse on Sanskrit and Its Literature, yang
disampaikan di College of France; menyatakan: “Kita akan mempelajari
India dengan filsafat dan mitologinya? Tidak, ini lebih daripada India,
ia adalah satu halaman dari asal-usul dunia yang akan kita coba untuk
pecahkan sandinya.”
Mr. Thornton
Dalam bukunya History of British India mencatat:
“Orang-orang Hindu secara tak terbantahkan berhak untuk ditempatkan
dalam tingkat bangsa-bangsa paling kuno yang masih tetap hidup, seperti
juga di antara mereka yang paling awal dan paling cepat beradab ……
sebelum pyramid memandang ke bawah ke lembah sungai Nil …… Ketika Yunani
dan Italia, ayunan dari peradaban modern, dihuni oleh para pemburu dari
hutan belantara, India adalah tempat bagi kemakmuran dan keagungan.
Augustus Schlegel
Filsuf Jerman yang terkenal ini, dalam bukunya Wisdom of the Ancient Indians,
mencatat sehubungan dengan asal-usul suci dari peradaban Veda, “Tak
dapat disangkal bahwa orang-orang India awal memiliki pengetahuan
tentang Tuhan. Seluruh tulisan mereka penuh dengan perasaan dan
ekspresi, mulia, jelas dan agung. Sedalam yang dapat dibayangkan oleh
manusia dalam bahasa manusia, di mana manusia telah bicara tentang Tuhan
mereka.”
Max Muller
Dalam bukunya India – What It Can Teach Us (halaman 21)
menyatakan: “Catatan sejarah (tentang orang-orang Hindu) terbentang
lebih jauh dalam beberapa hal, jauh melebihi semua catatan dan telah
dijaga dan telah dipelihara untuk kita, dalam dokumen yang sempurna dan
dapat dibaca, sehingga kita dapat belajar darinya pelajaran-pelajaran
yang tidak dapat kita pelajari di manapun dan menyediakan rantai yang
hilang (missing link). Dalam History of Ancient Sanskrit Literature (halaman
557), Max Muller mencatat: “Di dalam Rgveda kita akan melihat
antiquitas yang lebih sejati dari seluruh inskripsi Mesir atau Ninevah.
Veda adalah buku tertua yang pernah ada …” Ia juga mencatat: “Veda
memiliki dua kepentingan, ia merupakan milik dari sejarah dunia dan
sejarah India. Dalam sejarah dunia Veda mengisi sebuah jurang pustaka,
yang bahasa lain tidak mampu memenuhinya. Ia membawa kita ke belakang
kepada waktu di mana kita tidak memiliki catatan apapun.”
David Frawley
Ia mengatakan: Ada agama yang berdasarkan pada dogma, kepercayaan
irasional yang harus diterima begitu saja. Ada agama yang berdasarkan
dharma, hukum universal, yang dapat diperiksa dan diuji oleh akal.
Agama-agama dogmatic bersifat sangat eksklusif, merasa memonopoli
kebenaran, mempunyai kecenderungan untuk menaklukkan, menguasai dan
mengendalikan. Sebagai konsekuensinya, disadari atau tidak, sering
menganjurkan kebencian. Dari kebencian lahir kekerasan terhadap
orang-orang yang beragama lain.
Klaus K. Klostermaier
“Tidak mengherankan untuk menemukan agama hindu akan menjadi agama
yang dominan untuk abad dua puluh satu. Ia akan menjadi agama yang
secara doctrinal tidak sedogmatik Kristen, secara politik tidak sekeras
Islam, dan secara etik tidak seheroik Buddha. Tetapi ia akan menawarkan
segalanya untuk setiap orang. Ia akan memberikan kebahagiaan dengan
kekayaan dan kedalamannya. Dia akan menjangkau orang-orang pada sebuah
level yang sejak lama belum disentuh oelh agama atau ideologi lain yang
masih ada. Ia akan tampak idealistic bagi mereka yang mencari idealism,
pragmatic bagi mereka yang pragmatis, spiritual bagi para pencari,
sensual bagi generasi kini dan di sini.”
Schopenhauer
Setelah mempelajari berbagai Upanishad, filsuf Jerman ini menyatakan:
“Di dunia ini …… tidak ada ajaran …… yang begitu bermanfaat dan
mencerahkan seperti yang diajarkan oleh Upanishad-Upanishad.
Ajaran-ajaran itu adalah hasil karya kebijaksanaan tertinggi. Cepat atau
lambat, ajaran-ajaran itu ditakdirkan untuk menjadi keyakinan
masyarakat luas.”
Sumber:
1. Hindu Agama Terbesar di Dunia – Editor: Ngakan Made Madrasuta.
2. Hindu dibalik Tuduhan dan Prasangka – Suryanto, M.Pd.