Penulis: Budi Rahajo - Tak
bisa dipungkiri, stigma angker, pemuja prewangan, kucel, berbaju lusuh
dan demen nyantetin oang begitu dominan dalam pikiran saat disebut
seseorang adalah penghayat Kejawen. Tak peduli sejujur, sebersih dan
semulia apa budi pekertinya sehari2, asal kata Kejawen ngekor
dibelakangnya imej tersebut nempel di jidatnya. Itulah gambaran sekarang
ini, hasil gerilya onta2 blangkonan melalui cerita, buku dan film2
selama ratusan tahun.
Sayang, sering kita terlanjur langsung
membenarkan tanpa klarifikasi dan mengesampingkan pembelaan. Padahal
bukankah lebih bijak bila kita mengetahui sesuatu dengan baik terlebih
dulu sebelum meghakimi hal tsb baik atau tidak? Bukankah hakim pun harus
mendengar pembelaan dulu sebelum memvonis? Saya jamin, imej tersebut
akan patah bila si penuduh mau membaur dengan komunitas Kejawen yangg
benar2 mengerti bagaimana itu ngelmu Jawa, bukan komunitas yang sekedar
memuja tosan aji dan jimat saja namun tak bisa menjelaskan apa asas
tujuan hidup manusia dan manunggaling kawulo gusti.
Penutup :
Kejawen adalah ajaran tentang pandangan hidup dan berperilaku mulia. Tidak ada tuhan A, B dan C di dalamnya. Inilah mengapa Kejawen luwes melebur ke agama apa saja.
Kejawen tidak ada kaitan sama sekali dgn
klenik dan prewangan, apalagi doktrin merobohkan Pancasila dan
mendirikan negara sendiri. Semoga tulisan ini bisa menyadarkan sedulur2
yg selama ini menilai buruk tentang Kejawen.Asah, asih, asuh. Rahayu _/\_
End
Catatan Dongbud:
- Judul asli: Mematahkan Stigma Negatif Tentang Kejawen
- Sumber : Status FB Sdr Budi Raharjo
- Sumber image: unknown